
Proses Penemuan
Bangsa Spanyol masuk ke Amerika Selatan pada abad ke-16, dengan status agresor mereka menjajah daratan yang asli ini. Penduduk Amerika Tengah dan Selatan ketika itu hidup sebagai petani yang primitif, mereka sama sekali tidak berdaya menghadapi kapal dan meriam kuat bangsa Spanyol. Dan dengan cepat, bangsa Spanyol menyebarkan agama mereka ke tempat tersebut, dua orang misionaris yang melihat kepercayaan takhayul dan ilmu sihir penduduk setempat, segera membakar tempat tersebut, mengakibatkan buku kuno yang disembunyikan semuanya terbakar musnah.
Bangsa Spanyol masuk ke Amerika Selatan pada abad ke-16, dengan status agresor mereka menjajah daratan yang asli ini. Penduduk Amerika Tengah dan Selatan ketika itu hidup sebagai petani yang primitif, mereka sama sekali tidak berdaya menghadapi kapal dan meriam kuat bangsa Spanyol. Dan dengan cepat, bangsa Spanyol menyebarkan agama mereka ke tempat tersebut, dua orang misionaris yang melihat kepercayaan takhayul dan ilmu sihir penduduk setempat, segera membakar tempat tersebut, mengakibatkan buku kuno yang disembunyikan semuanya terbakar musnah.
Tidak disangka bahwa buku-buku tersebut
adalah buku kuno yang mencatat pusaka pengetahuan peninggalan kebudayaan
bangsa Maya yang telah lama menghilang, di dalamnya tercatat secara
terperinci tingkat ilmu pengetahuan dan budaya mereka yang mahatinggi
pada masa itu. Mungkin demikianlah takdirnya, kini para ilmuwan yang
menyelidiki kebudayaan Maya hanya bisa menggambarkan kehebatan budaya
Maya saat itu secara tambal sulam berdasarkan potongan naskah yang
berhasil dikumpulkan.
Bebatuan Raksasa di Hutan
Piramida bangsa Maya dapat dikatakan merupakan bangunan piramida kedua yang terkenal setelah piramida di Mesir. Kedua jenis bangunan piramida ini terlihat tidak begitu sama, warna piramida Mesir adalah kuning keemasan, sebuah piramida bersudut empat yang berbentuk kerucut, agak terkikis setelah berabad-abad tertiup angin dan diterpa hujan. Piramida Maya lebih rendah sedikit, disusun dari bebatuan raksasa yang berwarna abu-abu dan putih, tidak semuanya berbentuk kerucut, di puncaknya ada sebuah balairung untuk memuja dewa. Di sekeliling piramida Maya masing-masing memiliki 4 tangga, setiap tangga memiliki 91 undakan, secara total 4 buah tangga ditambah satu undakan bagian paling atas adalah berjumlah 365 undakan (91 x 4 + 1 = 365), tepat merupakan jumlah hari dalam satu tahun.
Piramida bangsa Maya dapat dikatakan merupakan bangunan piramida kedua yang terkenal setelah piramida di Mesir. Kedua jenis bangunan piramida ini terlihat tidak begitu sama, warna piramida Mesir adalah kuning keemasan, sebuah piramida bersudut empat yang berbentuk kerucut, agak terkikis setelah berabad-abad tertiup angin dan diterpa hujan. Piramida Maya lebih rendah sedikit, disusun dari bebatuan raksasa yang berwarna abu-abu dan putih, tidak semuanya berbentuk kerucut, di puncaknya ada sebuah balairung untuk memuja dewa. Di sekeliling piramida Maya masing-masing memiliki 4 tangga, setiap tangga memiliki 91 undakan, secara total 4 buah tangga ditambah satu undakan bagian paling atas adalah berjumlah 365 undakan (91 x 4 + 1 = 365), tepat merupakan jumlah hari dalam satu tahun.
Bangsa Maya sangat memperhatikan ilmu
perbintangan, baik di dalam maupun di luar bangunan semuanya adalah
angka yang berhubungan dengan hukum peredaran benda langit. Selain
jumlah undakan tangga, pada 4 bagian piramida masing-masing terdapat 52
buah relief 4 sudut, menandakan satu abad bangsa Maya adalah 52 tahun.
Observatorium astronomi bangsa Maya juga
memiliki bentuk bangunan yang sangat spesifik. Dilihat dari sudut
pandang masa kini, secara fungsional maupun bentuk luar observatorium
bangsa Maya sangat mirip dengan observatorium masa kini, sebagai contoh
misalnya menara pengamat observatorium Kainuoka, di atas teras yang
indah dan sangat besar pada menara tersebut, terdapat undakan kecil
bertingkat-tingkat yang menuju ke teras. Ada beberapa kemiripan dengan
observatorium sekarang, juga merupakan sebuah bangunan tingkat rendah
yang berbentuk tabung bundar, pada bagian atas terdapat sebuah kubah
yang berbentuk setengah bola, kubah ini dalam rancangan observatorium
sekarang adalah tempat untuk menjulurkan teropong astronomi. Empat buah
pintu di lantai yang rendah tepat mengarah pada 4 posisi. Jendela di
tempat itu membentuk 6 jalur hubungan dengan serambi muka, paling
sedikit tiga di antaranya berhubungan dengan astronomi. Salah satunya
berhubungan dengan musim semi (musim gugur), sedangkan dua lainnya
berhubungan dengan aktivitas bulan.
Menara pengamat observatorium Kainuoka
ini adalah peninggalan terbesar dalam sejarah, peninggalan sejarah yang
lain juga memiliki bangunan yang serupa. Semuanya dalam posisi yang
saling merapat dengan matahari dan bulan. Belakangan ini arkeolog
beranggapan bahwa astronom bangsa Maya pada zaman purbakala telah
membangun jaringan pengamat astronomi pada setiap wilayahnya.
Dinilai pada masa kini, bangunan
tersebut cukup menakjubkan. Piramida Maya misalnya, bagaimanakah caranya
memotong bebatuan berukuran sangat besar, diangkut ke tempat yang jauh
dalam hutan belantara, bebatuan yang beratnya puluhan ton, ditumpuk
hingga mencapai tinggi 70 meter, jika tidak ditunjang dengan alat angkut
dan peralatan yang memadai, adalah sangat sulit untuk menyelesaikan
pekerjaan tersebut. Dan suku bangsa yang hidup dalam hutan belantara,
mengapa harus mengerahkan upaya dan tenaga sedemikian besar, membangun
sebuah jaringan pengamat observatorium? Ditilik dari sejarah, teleskop
baru ditemukan pada abad ke-16 oleh Galileo, setelah itu barulah muncul
observatorium ukuran besar, dan konsep jaringan pengamat observatorium
baru muncul pada zaman modern. Kala itu konsep yang demikian dapatlah
dikatakan sangat maju dan canggih.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar